Posts

Showing posts from November, 2016

The Old Manuscript of Bugis and Makassar

Image
The Bugis and Makassar ethnic groups in South Sulawesi are including two of the few ethnics in Indonesia who has a tradition of writing. Letters or script used by the Bugis people since hundreds of years ago is the Lontara script. The Lontara is derived from “lontar” or palm (leaves) where the original scripts were written on. Lontara itself is named "uki Ugi'sulapa eppa'" (Dr. Mukhlis Paeni in Nusantara Manuscript Catalogue). Makassar ethnic group is also has its own letter, called script 'jangang jangang' which resemble the original form or shape of the bird, so-called 'jangang jangang'. In further developments jangang-jangang script is rarely used and the Uki Sulapa Eppa is more frequently used for both Bugis and Makassar writing system. According to historians, the script lontara 'Uki sulapa eppa' and 'jangan jangan' script are both derived characters from the Indian's Sanskrit. A lot of Bugis ancient manuscripts stored in the L

Monumen Cinta Raffless di Kebun Raya Bogor

Image
Monumen Cinta Raffles untuk Istrinya Setiap kali kita berkunjung ke Kebun Raya Bogor (KRB), jika melalui pintu utama, maka sebuah bangunan bercat putih bergaya Byzantine berbentuk melingkar dengan sejumlah pilar, akan menyambut kedatangan kita ke KRB. Bangunan putih adalah sebuah Monumen kenangan dari Sir Thomas Stanford Raffles untuk mengenang istrinya tercinta. Sebuah monumen yang dibangun sebagai bukti cintanya yang besar kepada istrinya yang wafat di Buitenzorg (nama kota Bogor dulu diera kolonial). Bangunan itu hanya monumen, dan bukan kuburan, karena kuburan istri Raffless ada di Pekuburan Tanah Abang di Batavia (nama Jakarta waktu itu). Foto saya didepan Monumen Sir Stanford Raffles adalah Letnan Gubernur Inggris yang bertugas di Pulau Jawa pada awal abad ke 19 yaitu dari tahun 1805 - 1816. Selama bertugas di Jawa, Raffles didampingi oleh istrinya yang bernama Olivia Mariamne Raffless. Olivia dikenal sebagai istri yang sangat membantu karir suaminya. Perannya bukan sekedar is

Danau Mawang yang Indah namun Terabaikan

Image
Danau Mawang adalah sebuah danau kecil yang terletak di kelurahan Romang Lompoa, kecamatan Bontomarannu, Gowa. Jarak dari rumah tempat tinggal kami hanya sekitar tiga kilometer saja. Karena jaraknya yang dekat itu, maka tempat ini seringkali menjadi tempat alternatif bagi saya sekeluarga untuk dikujungi diakhir pekan. Sebenarnya danau ini tidaklah menarik, karena tidak ada tempat duduk duduk bagi pengunjung misalnya, tidak ada tempat yang cukup lapang dan luas untuk menggelar tikar, tidak ada balai balai yang bisa dijadikan tempat berteduh dan memandang kearah danau. Hal yang paling tepat dilakukan disekitar danau kecil ini hanyalah memancing, olahraga lari atau jogging atau bersepeda. Saya biasanya datang ke danau ini saat sore hari dihari sabtu atau minggu bersama anak anak. Kadang kadang juga bersama istri kalau dia lagi tidak sibuk dirumah. Kami biasanya hanya datang ke tempat yang indah ini hanya untuk memotret, melihat lihat orang memancing ikan, memandangi bunga bunga teratai

Kisah Kartu Kredit

Image
Beberapa waktu lalu, pada salah satu koran lokal di Makassar, saya membaca berita tentang seorang yang memiliki lebih dari 3.000 kartu kredit. Pemilik kartu kredit tersebut bukan orang Indonesia tapi orang Amerika Serikat. Entah bagaimana orang tersebut mengurus dan mengelola kartu kredit sebanyak itu. Setahu saya, satu atau dua buah kartu kredit saja sudah merepotkan, apalagi sampai lebih dari 3000 buah. Dikoran lokal maupun nasional, hampir setiap hari terungkap lewat surat pembaca tentang permasalahan yang dihadapi para pemegang kartu kredit. Ada yang susah menutup kartu kreditnya, ada yang secara diam diam kartu kreditnya digunakan orang lain, ada yang tertipu dengan cicilannya, ada yang sudah menutup kartu kreditnya tapi tagihannya tetap jalan, bahkan ada yang sampai dianiaya oleh para debt-collector. Saya salah satu diantara sekian banyak orang yang tidak memiliki kartu kredit sampai sekarang. Entah dimasa depan, tapi sepertinya saya tidak pernah tertarik memilikinya. Hampir seti

Johanna Sattar, penyanyi idola Ibuku dimasa lalu...

Image
Akhir akhir ini, saya menikmati mendengar lagu lagu lama Johanna Sattar, penyanyi lagu Melayu yang tenar diera 1950an – 1970an. Meskipun saya terlahir ketika ketenarannya sudah mulai memudar namun, saya kenal betul dengan nama Johanna Sattar ini, karena almarhumah ibuku mengidolakan beliau. Ibuku semasa hidupnya, seringkali menceritakan tentang kesukaannya terhadap penyanyi Johanna Sattar. Kata ibuku, meskipun tengah malam, kalau tiba tiba diradio terdengar Johanna Sattar menyanyi, maka dia akan terbangun dan menikmati lagunya sampai habis….. Ibuku ketika itu hanya menikmati lagu lagu Johanna Sattar ini dari Radio, karena masa itu hanya Radio satu satunya sarana hiburan dikampung. Diera 1960an, kasetpun belum ada dikampung. Bisa dibayangkan bagaimana susahnya menikmati lagu lagu dari penyanyi favorit kita, karena hanya bisa menunggu sampai lagu lagunya diputar di Radio. Karena ibuku sangat hapal lagu lagu Johanna Sattar, maka saya berkesimpulan bahwa radio radio pada masa itu tentu sa